Minggu, 03 Januari 2010

Filsafat Pendidikan

BAB I

PENDAHULUAN

Kemampuan belajar yang dimiliki manusia, merupakan bekal yang sangat pokok. Berdasarkan kemampuan itu, umat manusia telah berkembang selama berabad-abad yang lalu dan tetap terbuka kesempatan luas baginya untuk memperkaya diri dan mencapai taraf kebudayaan yang lebih tinggi. Misalnya para ahli teknologi berusaha terus untuk menemukan sumber-sumber energi baru dengan mempergunakan hasil penemuan ilmiah yang digali oleh generasi-generasi terdahulu. Namun, tanpa dibekali kemampuan belajar, kemajuan dibidang teknologi ini tidak mungkin kita dapati.

Masing-masing mengalami banyak perkembangan di berbagai bidang kehidupan. Perkembangan ini dimungkinkan karena adanya kemampuan untuk belajar yaitu mengalami perubahan kearah positif dan menuju kedewasaan

Di dalam membahas mengenai masalah belajar, tentunya tidak lepas dari pembahasan mengenai apa itu belajar, tujuan, prinsip-prinsip dan factor-faktor yang mempengaruhi belajar serta teori-teori tentang belajar itu sendiri.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Belajar

Belajar merupakan suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan – pemahaman, keterampilan dan nilai – sikap.1 Kegiatan yang dilakukan dalam belajar antara lain dapat melalui membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain-lainnya2. Perubahan yang didapat dalam kegiatan belajar itu dapat berupa suatu hasil yang baru ataupun merupakan penyempurnaan terhadap hasil yang telah diperoleh sebelumnya.

Belajar merupakan kegiatan manusia yang sangat penting dan harus dilakukan selama hidup, karena melalui belajar seseorang dapat melakukan perbaikan dalam berbagai hal yang menyangkut kepentingan hidup, misalnya dengan belajar, apa yang menjadi cita-cita kita dapat terwujud. Kegiatan belajar ini tidak pernah mengenal batasan usia, belajar dapat dilakukan oleh setiap orang, baik anak-anak, remaja, orang dewasa, maupun yang tua karena belajar ini akan berlangsung seumur hidup.

B. Tujuan Belajar

Proses belajar yang di alami oleh seseorang, baik ketika di sekolah maupun lingkungan rumah atau keluarganya sendiri, dapat mempengaruhi tercapai atau tidaknya tujuan yang ingin dicapai setelah seseorang belajar. Tujuan dari seseorang melakukan belajar antara lain adalah :

  • Belajar bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri antara lain tingkah laku. Tingkah laku yang diharapkan setelah seseorang melakukan belajar adalah perubahan tingkah laku yang mengarah ke arah yang positif.

  • Belajar bertujuan untuk mengubah kebiasaan dari yang buruk menjadi baik, misalnya merokok menjadi tidak merokok karena telah mengetahui bahaya dari rokok. Cara untuk menghilangkan kebiasaan buruk ini adalah melatih diri untuk menjauhkan kebiasaan buruk dengan modal keyakinan dan tekad bulat harus berhasil.

  • Belajar bertujuan untuk mengubah sikap dari negative menjadi positif, tidak hormat menjadi hormat, dan sebagainya.

  • Belajar bertujuan untuk menambah pengetahuan dalam berbagai bidang ilmu karena ilmu pengetahuan terus berkembang tanpa mengenal batas, perkembangan teknologi yang semakin maju dan canggih.3

C. Prinsip-prinsip Belajar

  • Kematangan jasmani dan rohani

Kamatangan jasmani yaitu keadaaan seseorang yang telah sampai pada batas minimal umur serta kondisi fisiknya telah cukup kuat untuk melakukan kegiatan belajar sedangkan kematangan rohani artinya keadaan seseorang yang telah memiliki kemampuan secara psikologis untuk melakukan kegiatan belajar. Bila anak belum memiliki kematangan jasmani dan rohani sedang ia sudah dimasukkan ke sekolah, akibatnya anak itu akan banyak mengalami kesulitan dalam melakukan kegiatan belajarnya.

  • Memiliki kesiapan

Kesiapan yang harus dimiliki oleh orang yang akan melakukan kegiatan belajar yaitu dengan kemampuan yang cukup baik fisik, mental maupun perlengkapan belajar.

  • Memahami tujuan

Memahami tujuan yang hendak dicapai itu sangat penting untuk diketahui oleh orang yang melakukan kegiatan belajar. Hal ini sangat perlu agar proses belajar yang dilakukan dapat cepat selesai serta lancar dan berhasil tetapi jika kita tidak mengetahui tujuannya, dapat menyebabkan kebingungan karena apa yang dilakukan tidak terarah.

  • Memiliki kesungguhan

Kesungguhan haruslah dimiliki oleh orang yang belajar. Hal ini karena belajar tanpa kesungguhan akan memperoleh hasil yang kurang memuaskan, sebaliknya belajar dengan kesungguhan serta tekun akan memperoleh hasil yang maksimal.

  • Ulangan dan latihan

Sesuatu yang dipelajari oleh seseorang yang belajar perlu diulang dan selalu dilatih agar meresap kedalam otak sehingga dapat dikuasai sepenuhnya dan akan sulit untuk dilupakan.


D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

  • Faktor Internal (yang berasal dari dalam diri)4

    1. Aspek Pisiologis (yang bersifat jasmaniah)

Kesehatan jasmani sangatlah diperlukan oleh orang yang melakukan kegiatan belajar, fisik yang sehat dan kuat dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Berbeda halnya dengan kondisi fisik yang lemah, tentunya hal ini dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi pelajaran pun kurang atau tidak berbekas.

    1. Aspek Psikologis (yang bersifat rohaniah)

Inteligensi Siswa

Inteligensi pada umumnya diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat. Tingkat kecerdasan atau inteligensi (IQ) siswa yang tinggi umumnya akan mudah dalam belajar dan hasilnya pun cenderung baik.5

Bakat

Merupakan kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Atau dengan kata lain bakat adalah kemampuan individu umtuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan (bakat khusus yang merupakan karunia pembawaan sejak lahir). Bakat dapat mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar.

Minat

Merupakan kecenderungna dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat juga dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam belajar. Seorang siswa yang menaruh minat besar pada mata pelajaran matematika tentu akan lebih memusatkan perhatian yang lebih pada mata pelajaran tersebut.

Motivasi

Adalah daya penggerak / pendorong untuk melakukan sesuatu pekerjaan. Motivasi ini ada 2 macam yaitu motivasi intrinsic yaitu dorongan yang datang dari hati sanubari yang umumnya karena kesadaran akan pentingnya sesuatu, motivasi ekstrinsik yaitu dorongan yang datang dari luar diri (lingkungan) baik dari orang tua, teman maupun masyarakat. Kuat lemahnya motivasi belajar seseorang turut mempengaruhi keberhasilannya. Menurut Arden N. Frandsen, ada beberapa hal yang mendorong seseorang untuk belajar yakni :6

  1. Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas.

  2. Adanya sifat yang kreatif pada orang yang belajar dan adanya keinginan untuk selalu maju.

  3. Adanya keinginan untuk mendapat simpati dari orang tua, guru dan teman-teman.

  4. Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru.

  5. Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran.

  6. Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir dari belajar.

  • Faktor Eksternal (yang berasal dari luar diri)

    1. Keluarga

Di dalam sebuah keluarga, factor orang tua sangatlah besar pengaruhnya terhadap keberhasilan anak dalma belajar. Keluarga merupakan tempat pertama dimana anak dapat menerima pelajaran. Tinggi rendahnya perhatian orang tua, bimbingan orang tua, rukun tidaknya kedua orang tua, pengahasilan dan situasi dalam rumah dapat mempengaruhi berhasil atau tidaknya kegiatan belajar yang dilakukan anak-anak.

    1. Sekolah

Lingkungan sekolah, kualitas guru, metode pengajaran serta fasilitas baik itu ruangan dan sebagainya dapat mempengaruhi tingkat keberhasilan belajar. Ketika semua itu dapat terpenuhi dengan baik, maka kegiatan belajar juga dapat berjalan dengan baik dan tingkat keberhasilannya jauh lebih tinggi.


    1. Masyarakat

Bila di sekitar tempat tinggal kita, keadaan masyarakatnya terdiri dari orang-orang yang berpendidikan atau orang yang menjunjung tinggi akan pentingnya pendidikan, maka hal ini dapat mempengaruhi atau juga dapat menambah motivasi masyarakat yang lainnya untuk belajar menuntut ilmu.

    1. Lingkungan Sekitar

Keadaan lingkungan atau suasana di sekitar tempat tinggal anak didik yang aman, nyaman untuk melakukan kegiatan belajar saat berada di rumah, dapat mempengaruhi hasil dari belajarnya. Dengan kondisi yang tidak nyaman, tentunya akan menyulitkan anak untuk berkonsentrasi ketika sedang belajar dirumah.

E. Teori – Teori Pokok Belajar

  1. Teori Koneksionisme (pertautan / pertalian)

Tokoh dari teori ini adalah Edward L. Thorndike (1874 – 1949). Menurut Thorndike, belajar adalah pembentukan hubungan atau koneksi antara stimulus dan respon dan penyelesaian masalah (problem solving) yang dapat dilakukan dengan cara trial and error.7 Thorndike mendapat 3 hukum dalam belajar yang merupakan hasil dari penelitiannya, yaitu :

    • Law of effect, aktifitas belajar atau hubungan antara S-R bertambah erat dengan efek yang menyenangkan cenderung akan diulang atau ditingkatkan dan bila efeknya tidak menyenangkan akan terjadi sebaliknya.

    • Law of readness, aktifitas belajar dapat berlangsung efektif dan efisien bila subyek telah memiliki kesiapan belajar.8

    • Law of exercise, hubungan S-R bertambah erat kalau sering digunakan untuk latihan. Jika tidak sering diberi latihan maka hubungan antara S-R kurang erat atau bahkan akan lenyap

  1. Classical Conditioning

Teori ini berkembang berdasarkan hasil eksperimen yang dilakukan oleh Ivan Pavlov (1849-1936). Pada dasarnya classical conditioning adalah sebuah prosedur penciptaan refleks baru dengan cara mendatangkan stimulus sebelum terjadinya reflek tersebut. Kata classical ini digunakan karena Pavlov merupakan orang yang terdahulu di bidang conditioning. Dalam percobaannya dengan anjing, ia memberikan stimulus bersyarat (perangsang yang secara alami tidak dapat menimbulkan respons tertentu), tetapi melalui proses persyaratan dapat menimbulkan respons tertentu misalnya dengan suara lonceng dapat menimbulkan keluarnya air liur. Berdasarkan eksperimen Pavlov, semakin jelas bahwa belajar adalah perubahan yang ditandai dengan adanya hubungan antara stimulus dan respons. Jadi pada hakekatnya, teori ini kurang lebih sama dengan hasil eksperimennya Thorndike.



  1. Operant Conditioning (Pembiasaan Perilaku Respons)

Teori ini merupakan teori yang paling muda. Tokoh dari teori ini adalah Skinner yang menurutnya hadiah (reward) atau reinforcement (penguatan) sebagai unsur yang paling penting dalam proses belajar. Proses belajar dalam teori ini juga tunduk pada 2 hukum yaitu law of operant conditioning dan law of operant extinction. Menurut law of operant conditioning, jika timbulnya tingkah laku operant diiringi dengan stimulus penguat, maka kekuatan tingkah laku akan meningkat. Sebaliknya, menurut law of operant extinction, jika timbulnya tingkah laku operant yang telah diperkuat melalui proses conditioning itu tidak diiringi dengan stimulus penguat, maka kekuatan tingkah laku tersebut akan menurun atau bahkan musnah.

  1. Teori Pendekatan Kognitif

Dalam pandangan para ahli kognitif, tingkah laku manusia yang tampak tak dapat diukur dan diterangkan tanpa melibatkan proses mental seperti motivasi, keyakinan dan sebagainya. Dalam pandangan kognitif, belajar pada hakekatnya adalah peristiwa mental, bukan peristiwa behavioral (yang bersifat jasmaniah) meskipun hal-hal yang bersifat behavioral tampak lebih nyata dalam hampir setiap peristiwa belajar siswa. Secara lahiriah, seorang anak yang sedang belajar membaca dan menulis tentu menggunakan perangkat jasmaniahnya (mulut dan tangan) untuk mengucapkan kata-kata dan menggoreskan pena. Akan tetapi, hal yang dilakukan anak tersebut bukan semata-mata respons atas stimulus yang ada, melainkan yang lebih penting adalah karena dorongan mental.

Menurut pandangan aliran kognitif, tingkah laku seseorang senantiasa didasarkan pada kognisi yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku terjadi. Dalam setiap belajar, seseorang terlibat langsung dalam situasi itu dan memperoleh insight untuk memecahkan masalah. Jadi tingkah laku seseorang lebih bergantung kepada insight terhadap hubungan-hubungan yang ada di dalam suatu situasi.


BAB III

KESIMPULAN

Belajar merupakan proses perubahan dalam pengetahuan, pemahaman dan perubahan sifat. Tentunya dalam proses belajar ini, ada tujuan yang hendak di capai antara lain untuk mengadakan perubahan dalam diri mengenai tingkah laku, mengubah kebiasaan menjadi jauh lebih baik, mengubah sikap serta untuk menambah pengetahuan dalam berbagai bidang karena dalam belajar akan banyak sekali hal-hal yang kita pelajari.

Dalam belajar juga harus memperhatikan factor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi belajar agar kita siap untuk melakukan kegiatan belajar tersebut. Mempelajari teori belajar juga sangat diperlukan terutama bagi orang yang hendak menyampaikan pembelajaran agar pembelajaran yang di hendaki dapat diterima oleh orang yang akan menerima hasil belajarnya itu.




1 WS. Winkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta : PT Grasindo, 1996), hal 53

2 Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar – Mengajar, (Jakarta : CV Rajawali, 1986), hal 22

3 Drs. M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipta, 2005), hal 49-50

4 Muhibbin Syah M. Ed, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru , (Bandung : PT Remaja Rodakarya,2003), hal 132-137

5 Drs. M. Dalyono, Psikologi, hal 56

6 Sardiman AM, Interaksi, hal 46

7 Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : PT Grasindo, 2006), hal 126

8 Prof. Dr. Noeng Muhadjir, Ilmu Pendidikan dan Perubahan Sosial Suatu Teori Pendidikan, (Yogyakarta, Rake Sarasin, ), hal 39

Tidak ada komentar:

Posting Komentar